Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 24 Maret 2012

Perang Khandaq

Perang Khandaq (Parit) disebut juga Pertempuran Al-Ahzab, Pertempuran Konfederasi, dan Pengepungan Madinah terjadi pada bulan Syawal 5 H / 627 M. Perang ini adalah pertempuran antara umat Islam dengan gabungan dari kaum Quraisy Mekah dan yahudi bani Nadir.

CERITANYA

Rasulullah Saw. selalu dapat mengalahkan lawannya atas bantuan Allah Swt. Oleh sebab itu pada tahun kelima Hijriah, orang orang Quraisy berinisiatif membentuk gabungan pasukan yang besar untuk menggempur Madinah. Untuk itu para pemuka mereka mencari bantuan dan membuat perjanjian dengan beberapa kabilah atau suku, khususnya dengan orang orang Yahudi. Sampai akhirnya mereka mendapatkan kekuatan dan jumlah pasukan yang sangat besar.

Kabar rencana Quraisy akan menyerbu Madinah telah berhembus kencang. Salman Al Farisi mendengar pula kabar itu. Ia tahu, saudara-saudaranya sesama Muslim di Madinah merasa gentar dengan kabar tersebut. Bayang-bayang kekalahan di Perang Uhud belum lagi sirna. Apalagi kini Quraisy tidak sendirian. Pasukan musuh diperkirakan mencapai jumlah 10 ribu orang.

Di saat Muslim berkecil hati itu, Salman melontarkan gagasan untuk menggali parit di dataran pintu masuk Madinah. Itu strategi perang yang sama sekali belum dikenal masyarakat Arab. Rasul menyetujui gagasan itu. Maka, siang malam seluruh warga Madinah -termasuk Rasulullah maupun warga Yahudi yang berpihak pada kaum muslim bekerja keras menggali parit tersebut.

Selama enam hari, parit tersebut diselesaikan. Rumah-rumah di sisi parit dikosongkan. Para perempuan dan anak-anak diungsikan ke belakang. Batu-batu ditumpuk untuk senjata melawan musuh yang nekat melompati parit itu. Dengan demikian posisi Muslim di Madinah cukup aman. Di sebelah kanan terlindung gunung batu yang terjal, di depan terdapat parit besar yang akan membuat terperosok pasukan berkuda apalagi unta, di kiri terdapat bukit Sal. Di bukit inilah Muhammad bermarkas yang ditandai dengan keberadaan tenda merah miliknya.


Musuh sebenarnya bisa masuk dari dataran di belakang. Tapi itu tak mungkin dilakukan. Di sana adalah pemukiman Yahudi Quraiza yang terikat perjanjian dengan Muhammad. Masyarakat Yahudi ini bertugas untuk mengatur kebutuhan makan bagi pasukan Muslim di garis depan.

Segera pasukan musuh yang dikomandani Abu Sofyan tiba di Uhud. Mereka terkejut karena tak melihat satupun pasukan Muslim. Lebih terkejut lagi saat mereka melihat parit perlindungan di pintu masuk Madinah.

Tak ada lagi yang dapat dilakukan selain mengepung Madinah, dan membuat warga kota itu kelaparan. Namun yang demikian juga sulit dilakukan karena persediaan makanan di Madinah cukup untuk waktu yang relatif lama. Apalagi saat itu musim dingin.

Sudah berhari-hari mereka mengepung, tak ada perkembangan berarti. Ka’ab bin Akhtab –Yahudi penyusun rencana perang itu- lalu membujuk dua pihak. Yakni agar Quraisy dan Ghatafan untuk tidak pulang. Ia minta waktu 10 hari lagi untuk meyakinkan Yahudi Quraiza agar mengkhianati perjanjiannya dengan Muslimin. Warga Quraiza sempat ragu. Namun mereka pun memanfaatkan kesempatan. Yakni menuntut Muhammad agar memanggil kembali Yahudi Bani Qainuqa dan Bani Nadzir yang telah diusir dari Madinah. Yahudi Quraiza bahkan menghentikan pasokan makanan pada kaum muslimin.

Orang-orang Islam mulai menderita dengan sangat. Kelaparan di garis depan perang pada saat musim dingin membuat pasukan muslim berjatuhan sakit. Beberapa orang bahkan meninggal karena itu. Dua sahabat Rasul, Hasan bin Tsabit dan Shafia binti Abdul Muthalib telah memergoki Yahudi yang memata-matai posisi pasukan Muslim untuk dibocorkan pada musuh. Beberapa orang tentara lawan juga telah menerobos parit, di antaranya Amir anak Abdul Wudud, Ikrima anak Abu Jahal serta Dzirar bin Khattab. Untunglah Ali berhasil mematahkan perlawanan mereka.

Muhammad menugasi dua pemimpin Muslim asli Madinah (Anshar) untuk menemui para pemimpin Quraiza agar menghentikan pengkhiatannya tersebut. Mereka adalah Sa’ad bin Mu’adz dari Bani Aus serta Sa’ad bin Ubadha dari Khazraj. Namun Yahudi Quraiza menampik keinginan itu. Mereka akan terus memboikot sampai tuntutannya dipenuhi. Pengepungan itu membuat umat muslim kepayahan.

Semakin hari keadaan umat Islam semakin parah. Lalu di suatu hari yang penuh berkah, Rasulullah saw.
naik di atas bukit Sal dan berdoa tanpa henti kepada Allah. Bahkan di saat udara sangat dingin menjelang dinihari menusuk nusuk tulangnya.

“Ya, Allah, enyahkanlah dari kami kejelekan mereka. Dan gagalkanlah upaya mereka, serta tolonglah kami dari mereka.”

Berhari hari Rasulullah berdoa dengan khusuk dan tegar. Beliau tidak memperdulikan cuaca dingin dan rasa lapar yang menyerang diri beliau. Menurut riwayat, pada hari ketiga -di saat kondisi Rasul itu sudah sangat menurun- tiba tiba muncul badai dingin yang luar biasa.

Subhanallah, Allah telah menurunkan bala tentaranya untuk membantu kaum muslimin yang terjepit. Turunlah ribuan tentara Allah yang dengan suara gemuruh meluncur cepat dari langit. Memenuhi langit Madinah. Para tentara Allah itu ada yang datang dengan wujud angin kencang dan ada pula yang berwujud udara dingin menusuk tulang. Begitu kencang dan dinginnya, hingga badai angin itu nyaris menelan seluruh manusia yang ada di sana.

Masyarakat Muslim segera berlindung di pemukimannya sendiri. Kaum Qurais dan kelompok-kelompok dari Ghatafan -yang dalam Quran disebut “Al-Ahzab”- yang berada di tempat terbuka menjadi sasaran badai itu. Pasukan kaum Quraisy itu hancur sama sekali. Perkemahan mereka porak poranda diterjang badai angin.

Masing-masing orang bersusah payah menyelamatkan diri. Meninggalkan semua harta benda yang ada. Senjata, makanan, pakaian dan harta perniagaan mereka. Bahkan banyak yang tak sempat menunggang kuda kuda mereka, mereka berlari begitu saja. Meninggalkan kuda terbaik dan mahal untuk diambil kaum muslimin.

Allah swt. berfirman:
“Hai orang orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” [al Ahzab: 9]

Atas bantuan bala tentara Allahlah, kaum muslim dapat memetik kemenangan yang telak. 

Sumber: Wikipedia

0 komentar:

Posting Komentar