Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 April 2012

Burung Ababil

 

Burung Ababil bukanlah jenis burung yang spesiesnya ada di dunia, bukan pula jenis burung yang penciptaannya untuk melengkapi keindahan dunia. Akan tetapi sengaja di ciptakan Allah untuk menghancurkan kesombongan, keserakahan dan arogansi seorang panglima perang yang paling ditakuti pada masanya itu.

Dia adalah Abrahah, panglima perang negeri Yaman yang amat termahsyur karena kebengisan dan kekuatan pasukannya. Akan tetapi, sekuat apa pun bala tentara manusia, tidak akan pernah sanggup melawan kekuatan bala tentara Allah

Inilah kisah yang sangat mengerikan itu, kisah yang terjadi pada masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad Saw. Kisah ini bermula ketika Abrahah merasa iri terhadap kota Mekkah yang terdapat ka'bah yang selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang Arab yang hendak melakukan ibadah haji setiap tahun. Pada masa Jahiliah, tata cara ibadah haji tidak seperti pada masa Islam sekarang ini, dan tujuannya pun bukan untuk menyembah Allah, melainkan berhala-berhala sembahan mereka yang terdapat di sekitar Ka'bah.

Ia mempunyai hasrat yang besar ingin menghancurkan Ka'bah dan mengalihkan peribadatan orang-orang Arab ke Yaman, yaitu sebuah gereja besar yang didirikan oleh Abrahah. Sebelum melakukan penyerangan ke Mekkah, ia terlebih dahulu mengirimkan seorang utusan untuk memberi tahu maksud dan keinginannya. Utusan itu menganjurkan bagi penduduk Mekkah agar mereka beribadah haji di Yaman saja. Jika tidak, maka Ka'bah akan dihancurkan. Rupanya ancaman utusan Abrahah tidak di hiraukan oleh penduduk Mekkah, mereka tetap saja beribadah di Mekkah.

Karena pembangkangan penduduk Mekkah, akhirnya Abrahah benar-benar marah dan memerintahkan seluruh pasukannya untuk segera bersiap-siap menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka'bah. Pasukan Abrahah ini memiliki peralatan perang yang sangat lengkap, baju besi dan gajah-gajah yang akan di pergunakan untuk merobohkan Ka'bah. Abrahah memberitahukan tujuan penyerangannya bukan bermaksud ingin berperang, melainkan hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Kala itu penduduk Mekkah yang dipimpin oleh Abdul Muthallib hanya pasrah dan menyerah.

Beberapa saat sebelum penghancuran Ka'bah, Abrahah memberi waktu kepada seluruh penduduk Mekkah untuk segera meninggalkan Mekkah dan mengungsi. Abdul Muthollib menginstruksikan kepada kaumnya untuk segera berlindung dan mengungsi dibalik bukit-bukit disekitar Mekkah.

Ada kisah tersendiri mengenai Abdul Muthallib dan Abrahah. Dalam perjalanan ekspansi pasukan Abrahah menuju penghancuran Ka'bah, ternyata Abrahah telah merampas unta-unta milik penduduk Mekkah dan sekitarnya, termasuk unta milik Abdul Muthollib. Maka dengan amat murka, kakek Nabi ini memberanikan diri untuk meminta kembali unta-unta yang dirampas Abrahah. Demi untuk mendapatkan kembali harta bendanya, Muthallib pun mengunjungi tenda peristirahatan Abrahah seorang diri tanpa pengawalan. Dan dialog pun terjadi di antara mereka.

"Ada perlu apa Anda menemui aku?" tanya Abrahah. "Anda telah merampas 200 ekor unta milikku dan 400 ekor unta milik penduduk Mekkah. Aku datang untuk meminta Anda mengembalikan semua itu kepada kami", jawab Muthallib. Abrahah tertawa terbahak-bahak, "Anda ini aneh sekali. Saya datang hendak merobohkan Ka'bah, dan Anda datang kepadaku dengan urusan yang remeh? Dimanakah nyali dan harga diri Anda? Pantaskah Ka'bah yang Anda dan bangsa Arab yang dimuliakan itu sedang dalam keadaan bahaya, justru Anda hanya menuntut onta Anda dikembalikan??"

"Tentu saja", sanggah Mutthalib. "Unta-unta itu kepunyaanku dan penduduk Mekkah. Maka aku wajib memeliharanya. Sedangkan Ka'bah bukan kepunyaanku. Ka'bah adalah kepunyaan Allah, maka Dia-lah yang akan melindungi dan memeliharanya".

Kembali Abrahah tertawa terbahak-bahak seolah melecehkan perkataan Abdul Muthallib, "Apakah Allah yang konon pemilik Ka'bah itu akan mampu merintangiku menghancurkannya?"

"Aku tidak tahu, itu urusan Allah. Tapi aku yakin, Allah tidak akan membiarkan milik-Nya dinodai oleh siapa pun."

"Jadi Anda tidak ingin memintaku untuk menghentikan niatku menghancurkan Ka'bah?"
Abdul Muthallib menggelengkan kepala, "Tidak!."

Jawaban yang tenang dan meyakinkan dari Abdul Muthallib membuat Abrahah tidak tenang. Namun dia tidak peduli dengan kerisauannya. Meski hatinya di dera rasa was-was dan risau, namun Abrahah tetap melanjutkan niatnya dan segera memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan unta-unta bangsa Arab, kemudian menyelesaikan misinya yaitu menghancurkan Ka'bah.

Detik-detik penghancuran pun tiba, Abrahah dan pasukan bergajah nya mulai mendekati Ka'bah. Abrahah merasa yakin bahwa dia akan dapat menghancurkan Ka'bah dengan sangat mudah. Namun kekuasaan dan pertolongan Allah pun tiba. Di awali dengan ketidak mauan gajah-gajah tersebut menyentuh Ka'bah, seolah-olah gajah-gajah itu tahu bahwa sebentar lagi mereka akan mengalami nasib tragis dan mengerikan.

Benar saja, gerombolan burung-burung Ababil yang berjumlah, ratusan, ribuan, bahkan mungkin jutaan telah melayang-layang tepat di atas mereka. Jumlah burung sebanyak itu bagaikan kumpulan awan hitam pekat yang mengandung petir dahsyat yang siap menyambar musuh-musuh Allah.

Di antara paruh-paruh dan kaki-kaki Ababil itu terdapat bara api yang sangat panas yang berasal dari kerikil-kerikil neraka. Bara api itu mereka jatuhkan tepat pada Abrahah dan pasukannya. Satu bara api yang sebesar kerikil itupun mampu melelehkan kulit-kulit tentara Abrahah dan menghanguskan tubuh-tubuh mereka dan hancurlah mereka sebelum mereka berhasil menghancurkan Ka'bah.

Demikianlah kisah Ababil dalam sejarah. Dan kisah tersebut benar-benar nyata (Surat Al-Fil). Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa hikmah yang terkandung di dalamnya. Kisah tersebut mengajarkan kita untuk meyakini bahwa kekuasaan Allah dan kekuatan-Nya sangat besar dan tak terkalahkan. Yakinlah bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat terhadap hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Renungkan lah.. Wallahu'alam.. 


Sabtu, 24 Maret 2012

Perang Khandaq

Perang Khandaq (Parit) disebut juga Pertempuran Al-Ahzab, Pertempuran Konfederasi, dan Pengepungan Madinah terjadi pada bulan Syawal 5 H / 627 M. Perang ini adalah pertempuran antara umat Islam dengan gabungan dari kaum Quraisy Mekah dan yahudi bani Nadir.

CERITANYA

Rasulullah Saw. selalu dapat mengalahkan lawannya atas bantuan Allah Swt. Oleh sebab itu pada tahun kelima Hijriah, orang orang Quraisy berinisiatif membentuk gabungan pasukan yang besar untuk menggempur Madinah. Untuk itu para pemuka mereka mencari bantuan dan membuat perjanjian dengan beberapa kabilah atau suku, khususnya dengan orang orang Yahudi. Sampai akhirnya mereka mendapatkan kekuatan dan jumlah pasukan yang sangat besar.

Kabar rencana Quraisy akan menyerbu Madinah telah berhembus kencang. Salman Al Farisi mendengar pula kabar itu. Ia tahu, saudara-saudaranya sesama Muslim di Madinah merasa gentar dengan kabar tersebut. Bayang-bayang kekalahan di Perang Uhud belum lagi sirna. Apalagi kini Quraisy tidak sendirian. Pasukan musuh diperkirakan mencapai jumlah 10 ribu orang.

Di saat Muslim berkecil hati itu, Salman melontarkan gagasan untuk menggali parit di dataran pintu masuk Madinah. Itu strategi perang yang sama sekali belum dikenal masyarakat Arab. Rasul menyetujui gagasan itu. Maka, siang malam seluruh warga Madinah -termasuk Rasulullah maupun warga Yahudi yang berpihak pada kaum muslim bekerja keras menggali parit tersebut.

Selama enam hari, parit tersebut diselesaikan. Rumah-rumah di sisi parit dikosongkan. Para perempuan dan anak-anak diungsikan ke belakang. Batu-batu ditumpuk untuk senjata melawan musuh yang nekat melompati parit itu. Dengan demikian posisi Muslim di Madinah cukup aman. Di sebelah kanan terlindung gunung batu yang terjal, di depan terdapat parit besar yang akan membuat terperosok pasukan berkuda apalagi unta, di kiri terdapat bukit Sal. Di bukit inilah Muhammad bermarkas yang ditandai dengan keberadaan tenda merah miliknya.


Musuh sebenarnya bisa masuk dari dataran di belakang. Tapi itu tak mungkin dilakukan. Di sana adalah pemukiman Yahudi Quraiza yang terikat perjanjian dengan Muhammad. Masyarakat Yahudi ini bertugas untuk mengatur kebutuhan makan bagi pasukan Muslim di garis depan.

Segera pasukan musuh yang dikomandani Abu Sofyan tiba di Uhud. Mereka terkejut karena tak melihat satupun pasukan Muslim. Lebih terkejut lagi saat mereka melihat parit perlindungan di pintu masuk Madinah.

Tak ada lagi yang dapat dilakukan selain mengepung Madinah, dan membuat warga kota itu kelaparan. Namun yang demikian juga sulit dilakukan karena persediaan makanan di Madinah cukup untuk waktu yang relatif lama. Apalagi saat itu musim dingin.

Sudah berhari-hari mereka mengepung, tak ada perkembangan berarti. Ka’ab bin Akhtab –Yahudi penyusun rencana perang itu- lalu membujuk dua pihak. Yakni agar Quraisy dan Ghatafan untuk tidak pulang. Ia minta waktu 10 hari lagi untuk meyakinkan Yahudi Quraiza agar mengkhianati perjanjiannya dengan Muslimin. Warga Quraiza sempat ragu. Namun mereka pun memanfaatkan kesempatan. Yakni menuntut Muhammad agar memanggil kembali Yahudi Bani Qainuqa dan Bani Nadzir yang telah diusir dari Madinah. Yahudi Quraiza bahkan menghentikan pasokan makanan pada kaum muslimin.

Orang-orang Islam mulai menderita dengan sangat. Kelaparan di garis depan perang pada saat musim dingin membuat pasukan muslim berjatuhan sakit. Beberapa orang bahkan meninggal karena itu. Dua sahabat Rasul, Hasan bin Tsabit dan Shafia binti Abdul Muthalib telah memergoki Yahudi yang memata-matai posisi pasukan Muslim untuk dibocorkan pada musuh. Beberapa orang tentara lawan juga telah menerobos parit, di antaranya Amir anak Abdul Wudud, Ikrima anak Abu Jahal serta Dzirar bin Khattab. Untunglah Ali berhasil mematahkan perlawanan mereka.

Muhammad menugasi dua pemimpin Muslim asli Madinah (Anshar) untuk menemui para pemimpin Quraiza agar menghentikan pengkhiatannya tersebut. Mereka adalah Sa’ad bin Mu’adz dari Bani Aus serta Sa’ad bin Ubadha dari Khazraj. Namun Yahudi Quraiza menampik keinginan itu. Mereka akan terus memboikot sampai tuntutannya dipenuhi. Pengepungan itu membuat umat muslim kepayahan.

Semakin hari keadaan umat Islam semakin parah. Lalu di suatu hari yang penuh berkah, Rasulullah saw.
naik di atas bukit Sal dan berdoa tanpa henti kepada Allah. Bahkan di saat udara sangat dingin menjelang dinihari menusuk nusuk tulangnya.

“Ya, Allah, enyahkanlah dari kami kejelekan mereka. Dan gagalkanlah upaya mereka, serta tolonglah kami dari mereka.”

Berhari hari Rasulullah berdoa dengan khusuk dan tegar. Beliau tidak memperdulikan cuaca dingin dan rasa lapar yang menyerang diri beliau. Menurut riwayat, pada hari ketiga -di saat kondisi Rasul itu sudah sangat menurun- tiba tiba muncul badai dingin yang luar biasa.

Subhanallah, Allah telah menurunkan bala tentaranya untuk membantu kaum muslimin yang terjepit. Turunlah ribuan tentara Allah yang dengan suara gemuruh meluncur cepat dari langit. Memenuhi langit Madinah. Para tentara Allah itu ada yang datang dengan wujud angin kencang dan ada pula yang berwujud udara dingin menusuk tulang. Begitu kencang dan dinginnya, hingga badai angin itu nyaris menelan seluruh manusia yang ada di sana.

Masyarakat Muslim segera berlindung di pemukimannya sendiri. Kaum Qurais dan kelompok-kelompok dari Ghatafan -yang dalam Quran disebut “Al-Ahzab”- yang berada di tempat terbuka menjadi sasaran badai itu. Pasukan kaum Quraisy itu hancur sama sekali. Perkemahan mereka porak poranda diterjang badai angin.

Masing-masing orang bersusah payah menyelamatkan diri. Meninggalkan semua harta benda yang ada. Senjata, makanan, pakaian dan harta perniagaan mereka. Bahkan banyak yang tak sempat menunggang kuda kuda mereka, mereka berlari begitu saja. Meninggalkan kuda terbaik dan mahal untuk diambil kaum muslimin.

Allah swt. berfirman:
“Hai orang orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” [al Ahzab: 9]

Atas bantuan bala tentara Allahlah, kaum muslim dapat memetik kemenangan yang telak. 

Sumber: Wikipedia

Minggu, 18 Maret 2012

Apakah Lauh Mahfuz Itu


"Tidak ada kejadian/peristiwa yang terjadi secara kebetulan, semua itu telah direncanakan oleh Allah di Kitab (Lauh Mafuzh)"

Sebelumnya saya bercerita tentang "bintang jatuh". Di sana menyebutkan bahwa tempat Allah mencatat seluruh kejadian yang dulu dan akan datang adalah Lauh Mahfuzh. Pada kesempatan kali ini saya akan menuliskan apa itu Lauh Mahfuzh.

Lauh Maahfuzh adalah :
  • Kitab tempat Allah menuliskan segala seluruh skenario/catatan kejadian di alam semesta.
  • Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 13 kali.
  • Lauh Mahfuzh akan kekal selamanya karena ia termasuk makhluk yang abadi selain Arsy, syurga dan neraka.

Sebutan Lain Lauh Mahfuzh :
  • Induk Kitab (Ummu al-Kitab)
  • Kitab yang Terpelihara (Kitaabim maknuun) 
"...pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh)... (Al-Waaqi'ah, 56:78)"
  • Kitab yang Nyata (Kitabbim Mubiin) 
"Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (An Naml, 27:75)"
Allah telah mencatat segala kejadian-kejadian di dalam Lauh mahfuzh, dari permulaan zaman sampai akhir zaman. Tetapi, semua takdir itu bisa saja dihapus/diubah oleh Allah dengan doa dan perbuatan baik/usaha. 

"Tiada yang bisa mengubah takdir selain doa dan tiada yang bisa memanjangkan umur kecuali perbuatan baik" Sabda Rasulullah 

Sabtu, 17 Maret 2012

Memohon Permintaan Saat Bintang Jatuh

Bintang Jatuh Untuk Mengusir Setan
Anda percaya jika 3 meminta permintaan atau make a wish saat melihat bintang jatuh akan terkabulkan? Banyak orang yang percaya bahwa apabila ada bintang jatuh dan saat itu mengucapkan tiga permintaan, maka tiga permintaan itu akan terkabul. Kepercayaan ini datang dari mitos Yunani. Tetapi, tahukah anda sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Menurut ilmiah, bintang jatuh adalah sebuah benda langit yang jatuh ke bumi dan bergesekan dengan lapisan atmosfer sehingga benda tersebut tebakar dan bercahaya, yang kita kenal sebagai meteor. Oleh sebagian orang, fenomena ini dijadikan saat untuk meminta 3 permintaan dan mereka percaya bahwa permintaan mereka akan terkabul.

Sebenarnya fenomena ini adalah kejadian saat para malaikat melempari setan dengan benda langit. Dalam sebuah kisah Al-Quran disebutkan, "Sesungguhnya kami Telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala." Al-Mulk ayat 5

Sebelum Nabi Muhammaad Saw diutus, para peramal rajin sekali bersekutu dengan setan untuk mencari tahu apa yang akan terjadi. Setan dari kalangan jin naik ke langit melihat apa-apa yang telah tercatat di lauhl mahfudz, yaitu catatan takdir Allah. Pada saat itu setan dapat mengetahi segala sesuatu yang akan terjadi.

Namun, sejak Rasulullah Saw diutus oleh Allah Swt menjadi  rasul, hingga saat ini setan tidak dapat lagi melihat apa-apa yang ada di lauhl mahfudz. Kegagalan mereka terlihat dari bintang jatuh yang sering ada tiap dini hari. Bintang jatuh adalah tanda bahwa setan sedang dilempari oleh malaikat ketika berusaha mencari tahu tentang masa depan.

Oleh sebab itu, sekarang sudah tidak relevan lagi jika manusia modern masih mempercayai ramalan bintang. Akses ke lauhl mahfudz sudah tertutup. Apalagi meminta dikala bintang jatuh, itu merupakan kebodohan yang amat sangat. Bintang jatuh adalah tanda kegagalan setan ketika beraksi. Mitos berdoa ketika bintang jatuh adalah salah satu cara untuk menjauhkan muslim dari keimanan atas kemahaberkehendakan Allah Swt. Mitos-mitos ini menjauhkan muslim dari kebenaran Al-Quran.

-Jadi, jika anda meminta permintan saat bintang jatuh berarti anda meminta permintaan itu kepada setan yang sedang dilempari oleh malaikat-

Sumber: http://www.rumahzakat.org/?c=content&ins=12&pid=5373